Seorang perempuan, perlahan keluar dari gubuk reyot itu. Layaknya orang seuisianya, ia berjalan dengan badan membungkuk. Satu tangannya bertumpu pada sebatang ranting kayu yang kondisinya tak jauh beda dengan tuannya.
Perlahan, tongkat itu diletakan tak jauh dari jangkauan. Maklum saja, ia tak mau tergelempang saat berdiri nanti. Dengan sedikit jongkok, jari keriput itu, mengais sisa nasi yang dijemur sejak subuh tadi. Dalam hatinya, itulah penyambung hidupnya malam ini.
Paini, nama itulah yang diberikan almarhum orangtuanya setelah ia melihat dunia. Paini tinggal di Dusun Paras, Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Sejak 12 tahun silam, mbok Paini sapaan akrabnya, tinggal di gubuk bambu. Berukuran 1,5 X 3 meter, gubuk reyot itu berdiri bukan di atas lahan milik mbok Paini. Melainkan milik tetangga yang iba melihat kondisinya. Tak ada kursi atau kasur empuk di dalamnya. Hanya dipan bambu sedikit keropos, tergeletak di pojok sudut rumah.
"Kalau hujan saya tidak berani tidur, takut rumahnya roboh, apalagi di sini bocor semua. Makanya, dipannya diletakan dekat pintu. Jika sewaktu-waktu ada musibah, saya bisa lari keluar," ujarnya.
Menjelang magrib, mbok Paini kembali mengayunkan kakinya. Panci bekas yang sudah tak berbentuk sempurna itu diraihnya dengan kedua tangan. Hanya satu gayuh air dimasukan ke dalam panci. Lidah api sudah menunggu di tatanan genting berbentuk tungku yang terletak di teras rumah yang hampir roboh itu.
"Masak nasi aking, buat dimakan nanti. Soalnya, tidak ada yang bisa dimasak selain aking ini," tambahnya sembari sibuk menata kayu bakar agar nyala api tetap membara.
Nenek renta yang mengaku sudah berusia 70 tahun ini menuturkan, di usianya yang sudah senja, mbok Paini tak lagi mampu menghasilkan rupiah. Hanya belas kasih tetangga, yang menjadi tumpuan hidupnya. Praktis, hanya makanan seadanya yang bisa digunakannya sebagai pengganjal perut.
"Saya baru memasak nasi kalau dapat jatah beras sembako (raskin) dari desa. Terkadang juga dari pemberian tetangga," tuturnya lirih, seperti yang dilansir oleh Agen Poker Terbesar Pokerbatman.com
Mbok Paini sebenarnya memiliki seorang anak. Hasil pernikahanya dengan sang suami yang sudah lama meninggal. Namun, kondisi ekonomi sang anak, juga tak beda jauh beda dengan mbok Paini. Bekerja sebagai tukang becak, penghasilan yang didapat juga tak seberapa.
"Setiap bulan saya dikasih anak saya uang Rp20 ribu untuk kebutuhan sehari-hari saya. Saya maklum, karena anak saya juga tidak banyak uang," ungkap Paini sembari mengusap cairan bening di pelupuk mata.
Mbok Paini pun hanya bisa bersyukur dengan kondisinya saat ini. Tak henti-henti, ia berdoa. Berharap Tuhan mengulurkan kasihnya dan mengetuk hati sang penguasa di Kota berslogan "Sejahtera Untuk Semua" agar terketuk membantunya.
Agen Poker Terbesar Pokerbatman.com
Tag :
Berita
0 Komentar untuk "Agen Poker Terbesar - Nenek Miskin Asal Kota Santri, 12 Tahun Hanya Makan Nasi Sisa"